Dialog Antaragama, Ini 1 Alasan Maroko Dipuji

FinJ Media António Guterres memuji Maroko sebagai leader dialog antaragama pada Forum Global IX Aliansi Peradaban Perserikatan Bangsa-Bangsa, di Fez, Maroko.

Fez merupakan pilihan yang tepat untuk berkumpul dan merenungkan keadaan dunia kita, karena kaya dengan sejarah masa lalu.

“Maroko telah lama menjadi juara dialog antaragama dan pemimpin dalam perjuangan kami melawan ekstremisme,” katanya dalam rilis yang disebarkan UN Press pekan silam.

Dialog Antaragama

Dialog Antaragama
Image Source : Miguel Á. Padriñán/Pixabay

Guterres berterima kasih kepada Yang Mulia Mohammed VI atas komitmennya dalam membela dialog antaragama dan antarbudaya, toleransi, serta keragaman sebagai kekayaan bagi masyarakat dan dunia.

Apalagi, hari ini dunia sedang dalam krisis. Kekuatan perpecahan dan kebencian tumbuh subur dalam lanskap ketidakadilan dan konflik.  Perpecahan melebar antara kaya dan miskin, utara dan selatan, serta negara maju dan berkembang. Ketegangan terus meningkat, geopolitik, sosial, dan ekonomi.

Menurut Guterres, semakin banyak konflik termasuk perang di Ukraina, telah menghancurkan kehidupan dan merusak ekonomi.  Kelompok rentan menghadapi krisis keuangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.  Kepercayaan dalam kepemimpinan politik runtuh.

“Kerusakan kepercayaan ini menyebabkan kerusakan nilai,” ujarnya.

Lebih dari itu, hak asasi manusia dan supremasi hukum diabaikan atau setidak-tidaknya diserang secara langsung.  Ujaran kebencian, disinformasi, dan pelecehan menjamur di mana-mana, terutama menargetkan perempuan dan kelompok rentan.  Intoleransi dan irasionalitas merajalela.

Guterres menyebut kejahatan lama, seperti antisemitisme, kefanatikan anti-Muslim, penganiayaan terhadap orang Kristen, xenofobia, dan rasisme seakan mendapatkan kehidupan baru.

Penderitaan yang penuh kebencian dan berbahaya ini saling mendukung. Mereka mengobarkan perpecahan dan memblokir aksi kolektif.

“Kita menuju iklim dalam titik kritis hasil tragis dari ketidakmampuan kita untuk bersatu demikian kebaikan bersama,” katanya.

Dalam mengendalikan krisis iklim, menurut Guterres perlu mencapai netralitas karbon pada pertengahan abad dan segera mengurangi emisi pada dekade ini.

Itulah sebabnya saat penyelenggaraan COP27 (Konferensi ke-27 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim) diusulkan pembentukan pakta solidaritas iklim yang menggabungkan kapasitas negara maju dan berkembang untuk kepentingan bersama.

Mengatasi ketidaksetaraan global perlu menyediakan sumber daya dan dukungan dari negara-negara berkembang untuk berinvestasi di masa depan.

Saat KTT G20 di Bali, Guterres mendesak para pemimpin negara-negara agar mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dengan memberikan keringanan pembayaran hutang dan restrukturisasi serta investasi untuk semua tujuan pembangunan berkelanjutan.

“Mulai dari pendidikan dan perawatan kesehatan hingga pemberantasan kemiskinan, dan mewujudkan kesetaraan penuh bagi perempuan dan anak perempuan,” pungkasnya.

Tantangannya adalah bagaimana menjaga kerja sama, meningkatkan semangat, mengatur sumber daya, dan memobilisasi kemauan politik.  Bagaimana mengkatalisasi tindakan di semua tingkatan dari tingkat global hingga lokal.

Selanjutnya, bagaimana bertindak dalam sebuah ikatan solidaritas. Aliansi peradaban menunjukkan jalannya mewujudkan nilai-nilai inti Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

“Untuk mempraktikkan toleransi dan hidup bersama dalam damai satu sama lain sebagai tetangga yang baik”.

Aliansi menghidupkan kerangka kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa, mulai dari seruan aksi untuk hak asasi manusia dan rencana aksi melindungi situs keagamaan. Ini bagian untuk mendukung terjadinya dialog antaragama.

Aliansi, kata Guterres, mempromosikan masyarakat yang lebih tangguh dan kohesif dengan memberikan perhatian pada kaum muda, pendidikan, media, dan peran penting perempuan sebagai pembawa damai.

“Aliansi bekerja untuk membangun jembatan dan membantu orang beralih dari konflik ke kolaborasi,” pungkasnya kembali.

Menurut Guterres, dunia membutuhkan semangat lebih dari sebelumnya. Dengan bersama-sama akan dapat membangun aliansi perdamaian yang menjangkau global dan lokal untuk menghadapi tantangan zaman ini manakala semua mengakui keragaman sebagai kekayaan.

Lebih dari itu, perlu berinvestasi dalam inklusi dan kita memastikan semuanya terlepas dari diskriminasi ras, keturunan, asal usul, latar belakang, jenis kelamin, agama, atau status lainnya. Sehingga dapat menjalani kehidupan yang bermartabat dan berpeluang.

Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah SWT menciptakan bangsa dan suku “Agar Saling Mengenal”.

“Pada saat bahaya ini, marilah mengambil inspirasi dan berdiri bersama sebagai satu keluarga manusia. Kaya akan keberagaman, setara martabat dan hak, bersatu dalam solidaritas. Mari kita semua melakukan bagian kita masing-masing. Dan saya berterima kasih kepada Anda semua atas kepemimpinan dan komitmennya,” tutup Guterres.

Dialog antaragama memang masih menjadi problem di beberapa negara. Karena itu, semangat membangun dialog antaragama masih dianggap penting untuk didiskusikan secara global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *